Pengalaman Mahasiswa Akhir : Suka Duka Skripsweet
Setelah
saya
punya waktu luang karena everything has been done now, akhirnya saya
balik nulis lagi :) Dan tulisan ini saya dedikasikan khusus buat saya
sendiri,
temen-temen perjuangan saya, temen-temen pejuang di luaran sana yang meski kita nggak saling kenal, i know how you feel vroh :( ... dan juga Untuk adik-adik yang sekarang
sudah memasuki
tahapan skripsi.
Buat kalian mahasiswa akhir, pasti akrab, familier, dan antipati banget sama yang namanya TA, Skripsi, Disertasi, Tesis, dan lain sebagainya. Relax… don’t be panic. Semua akan teratasi dan akan
selesai
pada waktunya, insyaallah kalau dikerjakan lo.
Skripsi
dan segala macem spesiesnya itu kuncinya ya Cuma 3D, yaitu Disabarin, Dikerjain, dan Ditelatenin. Kalau 3
itu dipegang, dijamin yang otaknya selelet apapun pasti bakal bisa. Tapi nggak terhitung faktor penghambat yang disengaja lo ya, misalnya nih karena emang udah
kerja dan nggak memfokuskan diri skripsi, atau memang karena udah ngumpulin
niat buat wisuda tahun selanjutnya hahaha. Kalau itu masalahnya sih… nggak selesai pun juga
nggak masalah.
Berhubung
saya sudah melewati tahapan itu, jadi saya mau share sedikit pengalaman alias
suka duka menjalani skripsweet. Kenapa saya sebut skripsweet? karena kalau saya sebut skripsh*t, agak kurang pantes lah mengingat ternyata pada akhirnya saya menikmati juga prosesnya. Kalau dibilang banyak dukanya, iya memang. Skripsi
banyak nelangsanya daripada bahagia. Lebih menguras pikiran, hati, dan tenaga.
Yang pacaran bisa putus, yang gemuk bisa kurus, tapi gaesss... prosesnya bener-bener nggak terlupakan. worth it lah buat dilalui.
Tahapan
skripsi itu kalau di fakultas saya ya ngajuin tema, judul, proposal, bab 4 5,
dan udah… ujian. Kelar. Beres. Nggak ada sempro-semproan. Kedengarannya enteng. Tapi
jangan salah, prosesnya subhanalloh… hanya orang-orang yang tabah yang mampu bertahan hiahahah. Nyari
tema aja bisa sebulanan, belum lagi penolakan judul berkali-kali, yang kurang inilah, itulah, juga saat ngolah kata buat proposal, cari
referensi buat isian bab, harus teliti ngolah data buat bab 4+5, banyak lah prosesnya.
Kalau
untuk prepare tips & trick nya sih, apa ya?
ini salah satu tips & trick jitunya |
Paling
ya ati-ati di judul. Itu sangat menentukan. Ibaratnya kayak pondasi rumah. judul
mungkin bisa diubah lagi di beberapa dosbing, tapi kebanyakan dosbing nggak
bisa dan nggak mau ngerubah judul. Kalau dikemudian hari ada kesulitan dan
stuck, ya kita yang harus survive gimana benerinnya, bukan mentang-mentang ubah
judul dan done! Skripsi nggak semudah itu cuy. Jadi ati-ati kalau buat judul.
Yang penting ini nih -> sadar diri sama kemampuan otak gaes (>.<)
Jadi, kalau
emang ngerasa nggak mampu, nggak usah muluk-muluk kalo bikin judul. Emang mau
skripsinya hits tapi lulusnya beberapa tahun kemudian?
So…
Misalnya nih, buat konsentrasi keuangan sama kayak saya, kalau nggak kelar,
cukup buat judul yang mudah,
yang nggak pake spss, cukup pake rumus analisa 4 rasio yang bisa diitung pake
kalkulator doang.
Misalnya… “analisis 4 rasio keuangan di PT blablabla”, atau
“analisisis kesehatan di Koperasi antah berantah” gituuu…
Kalau
agak bisa soal spss, boleh deh pake regresi berganda 3 variabel, 4 variabel.
Toh, meski awalnya zonk pun, nantinya bisa sendiri kok. Saya nih, yang sempet
pesimis karena nggak ngerti sama sekali bedanya autokorelasi, normalitas dsb (waktu
ituuu), sekarang begitu skripsi selesai ya udah ngeh sendirilah… kan yang tiap
hari diubek-ubek ya itu. dibaca, sampek cari referensi bukunya ghozali ke temen
saya hahaha. Jadi kalaupun kalian nggak paham, tenang aja nantinya juga paham.
Cuma yaaa penting itulah, mau belajar. Mau baca, tanya-tanya. Bahkan saking
paniknya, saya nggak Cuma konsul statistiknya skripsi saya ke dosbing, tapi
juga kontak dosen-dosen statistic di fakultas, dan kebetulan yang saya kontak
ada 2 dosen. Makasih ya Pak Adi dan Pak Slamet. Khususnya buat Pak Slamet yang
sudah ngasih saya ujian skripsi online dadakan malem-malem, dari magrib sampai
jam 8 lebih, yang ditutup dengan kalimat menyerah dari saya wkwkwkwkk, dan
Alhamdulillah diberi pujian tentang ‘sudah sinkron Cuma perlu alasan buat
pengambilan tahunnya”.
Sebenernya
judul bagus pun nggak bakal disebutin pas kita wisuda (-_-). Ngertinya kan
lulus. Jadi nggak usah muluk-muluk. Paling banter skripsi nilai A itu Cuma bisa
nambah 0 koma sekian di IPK. Jadi mending kalian pake judul yang sederhana, paham
alurnya, ngerti harus gimana, dan bisa nguasai sewaktu sidang… daripada
sok-sok gaya pake judul yang high class, tapi nggak tau arahnya kemana, dan
nggak paham apa istilah-istilahnya (-_-). Misalnya nih kalau di keuangan ada
istilah stock split, atau balanced score card, return saham, dan semua istilah
alien yang mungkin nggak bisa dipahami secara kilat. Jadi saran saya kalau itu nggak ngerti, mending nggak usaaaah.
Selain
judul, yang paling harus diwaspadai itu bagian analisis datanya. Pertimbangkan
sebaik mungkin kalian mau analisis model apa, mungkin regresi berganda, path,
uji beda, atau yang sekedar itungan manual nggak pake spss. Kebanyakan nih,
judul lancar, bab 1-2 lancar, tapi yang jadi masalah di bab 3 ke atas. bab 3
kan isinya metode penelitiannya, lah kalau metodenya mau gimana aja belum
paham, gimana bisa selesai? Yang ada dicincang abis-abisan sama dosen. Dan itu
saya alamiiiiii (T.T)
Saya
kan emang nggak paham spss, tapi karena banyak temen-temen yang pake spss, saya
ikut-ikutan. Padahal lo Cuma regresi linier berganda pake 3 variabel, tapi Ya
Allahhhhhh pusingnya. Saya masih inget gimana Pak Ji sampek habis sabarnya karena
saya dipancing-pancing jawabannya pun nggak dong itu apa ahahahh. So, pikirin
dulu mau pake metode analisis apa dan alatnya apa. kebanyakan kan memang spss
ya.
Abis
itu, masih pusing lagi gaessss pas ngolah datanya. Temen saya sampek bilang
gini,
“siapa sih orang yang nyiptain spss? Kuker banget hidupnya"
spss adalah saksi bisu betapa keras perjuangan saya ngolah data disana |
Terlebih bagi yang ngusulin skripsi. Gimana nggak stress kalau pas pake regresi ganda, data diuji asumsi klasik malah nggak normal, autokorelasi dan virus jenis-jenisnya itu. ini gimana
ngebenerinnyaaaa, kita kan nggak faham. Mau dibawa ke pengolahan spss kok eman
banget. La disitu mereka ngolahnya pake rumus-rumus yang faktanya Cuma cocok
diterapin di S2, bukannya dijelasin mahasiswa skripsi S1. Ingat, Dosen itu pinter, pengalaman, dan paham mahasiswanya. Mereka nggak bakal
ketipu cuyyyy.
Tambah
stress lagi kalau data udah aman, tapi hasil regresi ada yang nggak
berpengaruh. Ya sebenernya sah-sah aja sih kalau nggak ada pengaruhnya, namanya
juga kan meneliti. Jadi hasil tetep bisa clash sama teori. Tapi kan kalau
dinalar nggak mungkin. Naaaah cari faktor x nya itu yang agak susah. Cari
alasan di jurnal atau skripsi yang bisa ngedukung hasil kita itu lo juga butuh
perjuangan, nggak bisa asal comot gitu aja. harus sesuai semuanya, mulai dari
data, metode, dan lingkupnya juga.
Makanya
gaes, kalau setelah nimbang-nimbang dan ngerasa tetep nggak bakal bisa regresi,
mending ambil yang penelitian kualitatif. Kayak SWOT kalau pemasaran, atau matriks
apa gitu di operasional, bisa juga SKB kalau di keuangan. Tapi emang sih ada
beberapa dosen yang memandangnya itu ibarat tugas kuliah, bukan sesuatu yang
pas untuk judul skripsi mahasiswa sarjana. Tapi tenang, kalau dosbing udah acc,
dan malah judulnya itu yang nyaranin si dosennya sendiri, yaudah… who care???
Yang penting kan dosbing kita. Masalah mau dibantai pas sidang, itu dipikir
belakangan hahaha (yang penting tinggal sidang doang).
Makanya
hal yang paling crusial menentukan hidup kamu dalam skripsi, entah 1 semester
ke depan, 2 semester, atau bahkan… jadi mahasiswa abadi yang nggak lulus-lulus
hahaha, yaitu pembagian dosbing. Cuy, dosbing itu penting. Kalau ada yang
ngomong siapapun dosbingnya, skripsi tetep lancar, itu bullshit gaes. 1 : 1000
orang yang bisa kayak gitu. Dosbing sangat menentukan lo. Mungkin di dosbing A
pekerjaan kita diterima, udah dipandang baik, tapi di dosbing B bisa ditolak
mentah-mentah, dianggep ancur, nggak pantes buat imej dia. kaaaan?
Contoh
nih, dosbing saya sendiri yang bilang gitu. Kalau sampai skripsi saya ancur,
dia yang malu. “bisa-bisa kredibilitas saya terancam dan imej turun, makanya…”,
Kita juga win-win solution lah istilahnya. Meski kita kasarannya bayar biaya
bimbingan, tapi kita juga menyandang nama dosen itu, jadi wajar kalau skripsi
kita jelek, mereka yang mencak-mencak.
Dan
selain itu, karena emang kita butuh bimbingan ciamik dari mereka, alias bakalan
bolak-balik sms nelpon wa bahkan konsul bisa tiap hari kalo sedang fit-fitnya, faktor
“kesabaran” dosbing juga perlu diperhitungkan lo. Ada dosen yang minta minimal
seminggu sekali konsul, bisa atau enggak tetep konsul, ada dosen yang pengennya
konsul selanjutnya itu kita udah bisa, ada lagi nih… yang paling ekstrim, yang
untungnya nggak saya alami, hahaha… sewaktu konsul kemarin dia udah setuju, eh
saat hari ini konsul, dia rombak abis-abisan. Ini dialami dua temen saya
hahaha.
Contoh
lain juga… Banyak anak yang biasa saja, maksudnya IP biasa, pinter juga enggak,
judul juga biasa aja, tapi alhamdulillahnya dapat dosbing sabar dan gampang
acc, barakallah ga, semacam syafaatnya nabi Muhammad yang dinanti nanti pas
hari kiamat. Sekarat itu sewaktu kalian ketemu dengan dosen yang jenius sekali.
nggak ada angin nggak ada hujan, sewaktu bimbingan, saya dkk diikutkan sempro akuntansi sama bapak dosen |
Dan ini dialamin temen saya, sebut saja piteng, alhamdulillahnya
dapet dosbing yang seorang expert di bidangnya, mantan kaprodi bertahun-tahun
cuy, kejeniusannya ga tertandingi, nalarnya sering diluar logika alias udah ga
terjangkau otak-otak kita yang masih belum terupgrade ini, ibaratnya otak bapak
itu udah Pentium core i7 dan kita masih Pentium 2 =))
Hasilnya… bukannya
skripsi cepet dikelarin, tapi piteng malah diajuin ikut lomba jurnal apalah
gitu, yang seminarnya dari lokal sampai nasional, yang katanya mau dibawa
sampek ke Solo. May be disana nanti dia nggak seminar, tapi malah
berobat saking kemengnya ngadepin ini bapak. But i trust you, Eon. Aku percaya kamu bisa dan mampu. Fighting!!
Yang
paling diwaspadai juga, hati-hati kalau dosbing 1 dan 2 clash. Maksudnya, di
dosbing 2 udah gini gini, eh begitu di dosbing 1 langsung dibubrahin karena menurutnya
ga pas. Kalau udah gitu, turutin aja. revisi ya revisi. Ganti ya ganti. nggak
usah ngeyel daripada kalian di depak. Bukannya mau nggak menghargai dosbing 2,
tapi disini yang kuasanya paling gede emang dosbing 1. Jadi percuma kalian
nuruti dosbing 2 kalau di dosbing 1 udah ga diakui. Mending kalian nuruti
dosbing 1 dan ngasih pengertian ke dosbing 2. Everything will be okay pokoknya.
Tenang aja.
Tapi
dari semua perbedaan itu, ada satu kesamaan diantara para manusia setengah dewa
itu. mereka nggak mau disuruh nunggu, maunya ya yang ditunggu. Jadi jangan
harap kalian udah janjian dan dateng 10 menit setelahnya. Sesabar apapun dosen
itu, pasti bakal langsung buat hari kalian bad all day. Lebih baik, dateng 1
jam sebelumnya hihihi. Sekalian nata mental. Nggak tau kan hawanya orang mau
konsul? Hawanya itu macem kita jalan ke tiang gantungan. Adem-panas gimana
gitu, dada berdebar, mulut kering, mual, dan semua hal lainnya yang menurut
saya panicked attack ini dialami hampir tiap mahasiswa, sepintar apapun
anaknya. Bahkan, si winda, yang ibarat kata nilainya selalu A, yang kalau disuruh presentasi nggak ada paniknya, tangannya bisa dingin cuyyyy waktu konsul ke dosbing 2. Sangarrrrr kan Pak Dosen kita. Masalahnya bapaknya ini
orangnya adem, kalem, tapi sekalinya ngomong bisa bikin kita nggak
berkata-kata. Dan kalau boleh jujur, bapak ini juga yang bikin saya
berbulan-bulan nunda nyetorin judul karena udah ditolak berkali-kali. Dia bikin
saya patah arang:(
Biasanya
kalau konsul ke bapak ini, kita rombongan hahaha. Biar bisa saling menguatkan.
Yang jadi korban pasti yang masuk pertama. Kalau begitu keluar dia bilang mood
bapak dosen lagi jelek, kita semua pilih mundur wkwkwkwk. Lebih baik mengalah
daripada kalah telak. Ditolak mentah-mentah itu lebih sakit daripada harus
nerima revisian. Tapiii kalau moodnya baik, nunggu sampek jam kantor kampus
tutup pun kita jabanin.
Luuuurrrr, pasukan uber Pak Edi endi ki? eleng pora kursi iki? ahahaha |
Pernah
juga, kita ditinggal ke luar negeri sebulan sama ni bapak. Tiap ketemu temen
sesama bimbingannya, yang ditanyain Cuma “wes balik rung?” gitu hahaha. Padahal
lo yang mau dikonsulin juga belum jelas kebenarannya. Sok-sokan aja digantungin
dosen, padahal kalau disuruh konsul saat itupun, belum tentu kita kelar
jawabnya…. maafkeun kita, Pak #mahasiswa
Yang
paling lucu itu bimbingannya bu kaprodi.
Maklum
ya, udah jadi rahasia umum kalau bu ini hampir sama menakutkannya dengan pak itu.
masalah mood. Jadi tetep, korbannya tetep yang maju pertama hahaha. Nah, temen
saya nih, si piteng, dia udah nunggu dari jam pagi sampek jam siang karena ada
rapat, nah begitu udah jam istirahat selesai, temen saya dengan pedenya maju
dong.
“bu,
saya mau konsul”
“mbak,
sesok e ya… aku kesel”
Dan
tanpa banyak kata, temen saya balik badan, masih sempet update status dengan
tulisan “iya buuu, aku mah apaaa…" (Kelar ngakak ^^)
dokumentasi dari mbak rima ^^ |
Kalau
dosen lain… gini gini…
Pernah
nih, ada lagi, temen saya, sulis, telepon dosennya minta konsul, nah dosennya
ini masih jemput anaknya dan disuruh nunggu kan, eh entah temen saya ini lupa
kemana, dan begitu datang siangnya, dia telat kan, dosennya itu langsung
ngomong “siapa tadi yang telepon? Udah disuruh nunggu malah saya yang nunggu”.
Fix… temen saya langsung mak klekep.
Saya
sendiri pernah ngalamin.
kantornya Pak Ji |
Saya
dan Hesti kan baru sekali doang konsul ke Pak Ji. Kita nggak ngerti yang
dimaksud jam biasanya Pak Ji itu jam berapa. Dengan pedenya, mikir beliau masih
ngajar, kita jalan santai saja. Klinih… klinih… dateng jam 11 an. Keadaan belum
ngeprint juga. Dan tau apa yang menyambut kita? Pak Ji pas mau keluar dari
ruangannya di kantor PMB, udah nenteng tas, ketawa-tawa pamitan balik sama
orang-orang disana. Otomatis liat itu kita langsung lariiii dari parkiran
hahaha. Sambil teriak “Pak Jiiiii” gitu pula.
Pak
Ji yang kita teriakin itu langsung berubah air mukanya. Dia malangkrik ke kita.
Ngomong, eh teriak sih lebih tepatnya, “hiiiih kalian ini, kenapa Pak Ji malah
yang nunggu?!!!” (buat yang kenal Pak Ji, pasti kalian baca ini pake intonasi
yang Pak Ji banget itu wkwkwkwkk, sama geget-gegetnya juga wkwkwkkk, maafkeun
Pak).
Lebih
buruknya, saya ngomong “Paaaak, ngeprint dulu yaaa”. Udah bisa ditebak gimana
reaksinya.
Pak
Ji menghela nafas, gaeeeeesssss. Seorang dosen kawakan di kampus gue, dengan
segenap predikat ke-killer-an-nya, menghela nafas nahan sabar buat kita berdua.
Tamat, batinku.
Untungnyaaaa,
Pak Ji malah nyuruh kita cepet-cepet dan nunggu dia disana. “mau keluar
bentar”, gitu katanya.
Sumpah
ya, detik itu juga, saya baru nyadar kalau Pak Ji itu baiiiiik. Bener-bener
care. Iya memang caranya ngomong itu macem kenalpot yang sedang di tes
kegarangannya, tapi ternyata beliau lemah lembut lo dibaliknya. Kalau konsul
gitu, kan kita dateng dengan gugup nih, salaman, dan beliaunya Cuma diam. Sok
dingin gitu. Trus pas review, mulai deh garuk-garuk kepala, nah… itu alamat
revisian lagi. apalagi kalau disertai hmmmm, hufffff, atau minimal dengusan
lah, pasti alamat skripsi revisi parah. Noh, buat kalian yang anak didiknya Pak
Ji, apalin itu tanda-tandanya. Siap-siap nerima semua omongannya. Harap juga
hatinya dipasangin tameng dulu. Jadi, setiap omongannya bisa mantul, nggak
masuk ke ati hahaha. Kalau kalian masukin, bisa-bisa kalian langsung stop
konsul saat itu juga. Dengernya aja udah bikin down.
Apalagi kalau konsulnya sendirian, dateng ke rumahnya tepat abis isya, nunggu beliau bukain pintu, atau kita datengnya itu on time banget biasanya malah masih nunggu beliau pulang dari masjid dulu, udah gitu bimbingan. Suasananyaaaa... nggak bisa dijelaskan pake kata-kata. Di kampus yang banyak temennya aja sangar, apalagi ngadepin sendirian gengsss?
Tempat wajib yang saya kunjungi bahkan pas malem minggu sekalipun |
Tapi tenang aja gaes… sama
seperti yang saya sebut tadi, biasanya abis marah-marah gitu, nyalahin ini-itu,
biasanya… pas kita pamit pulang, Pak Ji langsung nyemangatin. Iyaaa beneran.
Biasanya itu gini:
Mahasiswa
: “Yaudah Pak Ji, sementara begitu dulu. Terima kasih waktunya”
Pak
Ji : “iyaa, dikerjakan ya. jangan patah semangat. yang rajin ngerjainnya. Hati-hati
di jalan ya” dan semua perkataan bapak ke anaknya.
Sumpah
gaes, waktu pertama saya dibentak, dikatain oon (me? Yeahhh), dan saya down
mutusin bakal vacuum sebulanan lah, pas balik saya diginiin. Dianter sampe
depan gerbang rumahnya pula. Ya Allahhhh… Di jalan saya nangis wkwkwkwk. Saya
nggak nyangka aja segitu caringnya. Abis itu, ya saya langsung setrong. Saya
udah tebal hati sama telinga pas konsul selanjutnya. Semuanya Cuma saya iyain
aja. dan hasilnya… love you Pak, saya lulus tepat waktu. Mevet pula… agustus
udah terakhir, nah bulan juli akhir saya baru sidang.
Saya
mau khusus ucapin terima kasih buat Pak Ji dan Pak Edi disini. Tanpa mereka, I
am nothing pokoknya. Baik banget sumpah. Udah rela ngeluangin waktunya saya
gempur konsul hampir 3 hari sekali (ini pas saya lagi ngebut-ngebutnya, waktu
udah mepet tinggal 3 bulan dan saya belum apa-apa), dan udah ikhlas jawab semua
detail pertanyaan saya.
Bahkan, saya masih inget nih, gimana Pak Edi bilang
“kamu itu harus jujur sebenernya yang kamu maksud disini itu apa. biar saya
bisa bantu. Jangan Cuma biar acc saja”.
Naaah mulai itu tuh, kalau kebanyakan
mahasiswa lebih pilih kesalahannya nggak dinotice dan dapet acc, tapi saya
malah tunjukin bagian mana yang saya nggak ngerti, saya gambling, bahkan yang
bisa bikin saya dibuat pusing saat itu karena ‘dimakan’ dosbing.
kalau nggak ada Pak Ji dan Pak Edi, saya nggak bakal bisa nyentuh toga ini Pakkkkk T.T |
Pak Sri yang paling
apal protes saya gimana… begitu saya udah selesai, Pak Sri nya bilang, “piye?
Wes sampe? Andene ngono kae bingung ae”. maafkeun Pak… hehehe
Saya
sempet searching kerja. Sayang nggak dapet. Dan you know lah kerjaan lulusan
SMA itu kayak gimana. Lebih ke okol daripada akal. Akhirnya, saya baru bangkit
lagi pas bapak saya tanya, “wisudanya oktober kan?”
Jediaaaarrr,
langsung saya gas ngerjain marathon dari latar belakang proposal sampek masuk bab
5. saya kerjain tiap hari, sampek begadang-begadang gitu, bangun pagi juga
langsung buka laptop ngerjain skripsi, searching-searching kasus CSR yang jadi
fokus saya, dan drama juga saya stop nggak buka file D sama sekali
(tersiksaaaaa -_- ).
Tapi
hasilnya… wahaha jangan tanya. Sebulan itu proposal saya kelar kalau nggak
salah. Lalu acc Dosbing 2 bab 4 5 kira-kira seminggu-duamingguan, abis itu… revisian
berkali-kali di Pak Ji sampek beliau membubuhkan “siap untuk diujikan”. Ya
Allahhhh rasanya… semua beban itu sirna, meski saya sempet galau juga buat maju
sidang hahaha.
Udah,
segitu dulunya tulisan tentang skripsi. Kalau saya terusin sampek tips &
trick sidang, bisa kepanjangan. Saya buatin tulisan lagi deh setelah ini.
khusus buat sidang. Kalau untuk skripsi yang paling penting ya Cuma judul,
dosen, dan usaha kalian. Udah itu aja. oh iya, sama satu lagi, rajin-rajin
searching dan baca, buat nambah perbendaharaan kosa kata, jadi nggak kagok
nyusun katanya.
Salam perjuangan,
Dari yang pernah berjuang ^^
Salam perjuangan,
Dari yang pernah berjuang ^^
Komentar
Posting Komentar