Film Normal Heart : Film Tentang para LGBT

Akhirnyaaaaaaaaaaaaaa!!! Senengnya gila-gilaan bisa come back kampung halaman tercinta ini setelah sebulan berjuang di kota orang #kotagudeg #jogja. Kangen blog ini… jelas. kangen nulis… pastinya iya. Kangen mau ngehujat orang? hohoho. Tapi apa yang mau saya tulis buat warming up nih?

Eng ing enggggg… Berhubung sekarang negeri kita yang setelah sekian lama tenang-tenang aja nggak ada masalah mendadak rame pada ngebahas LGBT (Lesbian Gay Biseksual Transgender), saya mending ikutan bahas ini aja. Langsung saya ngubek-ngubek file lama di laptop dan nemu tulisan saya jaman dulu yang belum sempet di post soal film “The Normal Heart”. Wah mayan nih buat nambah-nambah tulisan di blog kesayangan tanpa susah-susah mendadak buat.

Awalnya dapat film ini waktu saya nyarang di warnet sebelah yang biasanya update film-film baru. Sekarang saya mau nangis karena warnet yang rajin memenuhi drive laptop saya itu (bahkan Drive C saya ikutan kena “merah”), udah nggak nyarang disana lagi dan entah pindah kemana. Sakit nggak sih ditinggal tanpa pamitan gitu? Huhuhu *alay*.
By the way… saat itu saya lagi kosong tontonan dan kebetulan film yang baru ya cuma ada The Normal Heart. Otomatis dong langsung saya copy. Wong saya skip-skip pemerannya mas gagah Hulk di The Avengers itu. saya kan udah ekspektasi tinggi.
Pemerannya yang kece gila-gilaan! fiuuuuu
Saya nggak ada curiga sama sekali lah. begitu nyampek rumah, buka laptop, siap nonton dengan hati yang tulus banget, ehhhh begituuuuuu 5 menit pertama… jediaaaaanggggggggg!!! Filmnya bikin saya shock mental. Sumpah… kok bisa? *ngenes*

Denger-denger film ini malahan true story alias nyata banget dari ketua asosiasi LGBT sedunia. Emang bener gitu apa sayanya yang salah baca? Harap digarisbawahi, niat awal saya nerusin lihat film ini bukan ada maksud apa-apa, ntar dikira mau lihat porno dan sebagainya hohoho. Bukannnnnnn!!! Eman banget mata saya liat begituan. Saya Cuma penasaran aja *alibi*. Kenapa kok cowok bisa suka sama suka? Apa sih yang bikin mereka bisa setia satu sama lain sampai segitunya? Gimana ya cara sesama jenis making love? Dan sebagainya lah. yang terakhir itu yang paling bikin saya penasaran hahaha.

Tapi begitu lihat… (-_-) Ampun. Nggak kuat mental. Yang bisa saya lakukan cuma mengela nafas sambil sesekali tutup mata. Point pentingnya, film ini sukses bikin saya jadi skeptis dengan Mark Rufallo. Hilang deh segala kegagahan dia sewaktu jadi makhluk ijo gotot.

Ada 3 perasaan yang timbul akibat film ini.

Pertama… jijay ngepooooool. Hampir seminggu setelah lihat film ini, saya masih terbawa-bawa pikiran skeptis. Setiap lihat cowok, entah di jalan, di kampus, atau dimana aja, pasti saya langsung mikir, “dia normal nggak sih? Cowok manly kayak gitu jangan-jangan malah gay?” dan pikiran-pikiran lainnya. Soalnya yang paling parah di film ini adalah seada-adanya cowok di belahan dunia tempat si Mark Rufallo berpijak itu gay semua (-_-).
beach party-nya para sesama jenis T.T
Malah scene pembukanya ada beach party khusus LGBT di sebuah private island yang hukumnya melegalkan para pasangan sesama jenis untuk ciuman dan making love di pantai rame-rame. Bayangkannnn sodarah-sodarah!!! Saya mau nangis lihatnya. Saya nggak sanggup dan nggak ikhlas lihat cowok-cowok kece saling cium begitu nafsunya dengan cowok kece lain T.T. Kok bisaaa gitu lo. Bahkan sampai ada yang threesome di pantai dan sebangsanya juga. Waduh waduh. Kalau gambarannya segini jelas, maksud saya ini kan kisah nyata dan kalau nyatanya emang kayak gini, saya jadi mikir dan jadi sadar… “pantes Allah murka dan marah dan melaknat dan membalikkan tanah kaum Sodom sampai jadi laut mati yang nggak bisa menenggelamkan orang itu”. Parahnya itu lo kebangetan.
hampir kissing pemirsahhhh T.T
Point kedua… ternyata gitu toooo making love cowok-cowok. Baru tau… *evil smirk*
kalo cowok-cewek kan sudah jelas gimana skemanya, nggak perlu dijelaskan juga, tapi kalo cowok-cowok kan awalnya saya kira bakal gimana, ada yang beda nggak, dimana bedanya… eh tapi nyatanya juga sama. Sorry to say. Saya bisa mastiin ini karena emang gambarnya jelas dan nyata terpampang di depan mata saya sodarah-sodarah.  They just keep “in” touch each other. Garisbawahi. Just keep.in.touch. Tuhan, saya ngomong apa iniii? (-_-)
Tapi ada fakta menarik lo. Meski mereka sesama jenis, tapi tetep ada yang berperan jadi “Cowok alias Top” dan ada yang jadi “Cewek alias Bottom”. Jadi yang bottom juga kemayu-kemayu sok manja gitu ke pasangannya, sementara yang Top juga sok gentle ala-ala cowok beneran dan sok melindungi pula *sigh*.
Si Top sama si Bottom lagi berpelukan -_-
Seru juga explore fenomena beginian hehehe. Saya juga setengah geli setengah jijik pas ada scene pemeran Hulk yang gahar nan macho ini berubah jadi cowok gay yang lagi panik nahan diri pas ada cowok seksieh. Tangannya itu… anjis.

Ketiga… it is a compliment. Harus diakui saya kagum dengan pasangan gay ini. Padahal cowok-cowok, tapi cinta mereka bisa tulus, long last, bisa setia sampai mati. Nggak diambil pas enaknya aja. Saat sakit dan duka pun mereka tetep bersama.

Persahabatannya juga best friend forever banget ^^
so sweet banget, kan? *hela nafas*
Bahkan, mark rufallo sempat berusaha habis-habisan dengan segala cara agar pasangannya ini sembuh dari sakit parah yang diderita (sakitnya ini mungkin azab dari Tuhan. Belum nanti siksa kuburnya). Ada scene pas yang sakit ini “engek” dan berceceran dimana-mana, terus begitu si mark rufallo pulang kerja dan sempat shock ngeliat begitu banyak kuning-kuning bertebaran, sedetik kemudian… bukannya jijik, dia malah ngelapin engeknya, bantu bersih-bersih pasangannya yang udah malu setengah mati, habis itu pake ajang motivasi dan so-sweet-so-sweet-an. Brava brava!!
momen-momen berjuang bersama
Tapi teteeeeep setelah nonton, pikiran saya teriak “Ini film apaaaaaan?”. Eh saya sih yang salah. Dipikir-pikir judul sama filmnya nyambung juga. Saya nih yang gagal faham waktu ngopi film . Judulnya kan The Normal Heart, yang artinya dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar menjadi “hati yang normal”. Dan dihubungkan sama filmnya ini, mengarah ke suara hati para LGBT pelaku film, at least mereka menyuarakan pikiran mereka yang mau dipandang normal. Mereka mau kita ini nggak asal judge dan tahu kalau apa yang mereka rasain satu sama lain itu normal, senormal rasa suka antara cowok-cewek. Mereka bukan mengidap kelainan seksual, mereka nggak aneh, mereka nggak kotor, tapi ya emang arahnya seks mereka ke situ. Ini penafsiran filmnya lo. Bukan saya yang bilang. Nanti saya diprotes dikira pro-LGBT *peace*

Saya menghargai itu, tapi pendapat pribadi, saya tetap nggak mendukung LGBT. Terlepas dari mereka mau dianggap normal, terlepas dari mereka berusaha untuk dianggap “normal”, atau terlepas dari siapa yang salah siapa yang benar, saya tetap pada pendirian. Saya sebagai citizen dunia ini dan bukannya jin yang numpang lewat doang juga bebas menentukan pilihan, kan?

Alasannya sederhana. dan harap direnungkan.
Dunia ini diciptakan seimbang, setuju? Ada siang-malam, ada baik-buruk, ada pria-wanita. Kalau aja dunia ini cuma diciptakan pria-pria atau wanita-wanita, siapa yang bakal menghuni Bumi ini selanjutnya? Siapa yang bakal nerusin jadi khalifah? Jika ada salah satu aja sisi yang melenceng dari ketentuan, itu sama halnya kita melanggar kodrat, melangkahi takdir, dan meminta Tuhan menghancurkan kehidupan gratis yang Dia berikan untuk kita. Itu kalau ngelihatnya dari sisi filsafah.

Dilihat dari sisi sebagai muslim, kita punya sebuah pegangan Al-Qur’an, kan? Di dalamnya jelas ditulis bahwa Siti Hawa diciptakan untuk mendampingi Adam, bahwa seorang wanita diciptakan dari tulang rusuk seorang pria. Itu artinya wanita berada dekat dengan hati. Kodratnya dekat dengan sesuatu yang berhubungan dengan perasaan. Transgender yang ngaku perasaannya semurni wanita manapun nggak bakal bisa nyamain buatan Tuhan yang asli. Pasti bakal ada sisi laki-lakinya yang nggak sengaja terlihat.

Di sisi psikologi dan kedokteran juga, banyak kok ahli yang bilang LGBT itu nggak ada istilah “keturunan gen”. Yang ada hanya “pilihan” dan “kebiasaan”. Banyak LBGT yang jadi LBGT karena kebiasaan: biasa melayani sesama jenis, biasa bergaul dengan sesama jenis, yang ada disebelahnya hanya sesama jenis, dan sebagainya lah. it’s just a choice.

Pernah baca buku Bung Karno sang penyambung lidah rakyat? Disana kan beliau cerita apa yang Beliau liat pas ada di penjara yang semuanya kaum adam. Gimana Beliau berusaha menahan hasratnya dan berusaha menjauh dari semua kelakuan para tahanan yang saling seks dengan sesama tahanan lain karena emang nggak ada wanita disana sementara kodrat sebagai manusia nggak bisa dipendam.
Atau pernah liat film korea A Frozen Flower? Disana diceritain gimana Panglima Hong Rim yang seorang Gay jadi lurus setelah kenal dengan Sang Ratu, karena pada faktanya selama ini dia jadi Gay akibat hanya bergaul dengan sang Raja. 1 komen yang masihhhh saya ingat dari netizen soal Gay tobat, katanya “ya jelaslah Hong Rim tobat, gan. Dari jaman pitechantropus juga udah tau enakan sama cewek daripada jeruk makan jeruk”.

See? Itu Cuma pilihan. Say it’s just a choice.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengalaman Tes Kerja di VADS Jogjakarta

Pengalaman Tes Kerja : Rekrutmen Karyawan PLN Tahap 1 (Administrasi) Sampai Tahap 4 (Psikotest)

Pengalaman Test Wawancara Kerja di Bank BTN Kediri