Resensi Film: Anna Karenina


Jujur, saya sama sekali nggak mudeng dan nggak ngerti dengan film ini. Bukan ceritanya, tapi konsepnya. Satu hal yang jadi pertanyaan saya, film Anna Karenina ini emang dibuat ala-ala opera house atau emang budgetnya yang minim? Awal-awalnya, hampir 60% dari film di durasi awal memakai setting ala pertunjukkan opera. Jadi, sang aktris berakting di kamar, aktivitas ini-itu dan sebagainya dengan gerakan yang oh-lemah-gemulai-banget (persis ala-ala opera), lalu saat diceritakan si aktris berpindah tempat ke ruang kerja, setting background di belakang ikutan berubah. Peralatan disingkirkan, ini-itu ditambahkan, persis sis sis adegan dalam sebuah teater. Saya kan jadi bingung ya. ini emang filmnya yang mini budget atau emang dari awal konsepnya opera house dan jadi one of a kind? Puyeng.

Hampir keseluruhan cerita settingnya ada di gedung opera, Cuma ya background dan ceritanya yang beda. Bahkan ada beberapa scene yang menunjukkan sang aktris atau aktor jalan ke atas stage, itu looo tempat banyak palang kayu dan tali tambang untuk narik layar background panggung. Mereka beradegan juga disana. Sumpah, perlu mikir keras kalo nonton film ini. Ada juga scene yang menunjukkan si aktris pergi dari St.Petersburg ke Moskow pakai kereta. Dan kalian tau scene perjalanannya? Perjalanan kereta api mainan dengan diorama. Kentara banget. Sekali lagi, ini emang low budget atau emang one of a kind? Juga sewaktu pacuan kuda. Settingnya di gedung opera men. Backgroundnya lapangan pacuan kuda, lalu di kursi penonton, diisi bangsawan-bangsawan yang ceritanya sedang nonton pacuan kuda. Kudanya pun kuda asli. Beneran lewat panggung. Jatuh juga. Njir. Greget banget filmnya. Bener-bener ala teater kalangan atas.

Tapi anehnya… saya nggak bisa berhenti nonton sampai habis. Iya sih saya skip beberapa bagian yang nggak terlalu penting, tapi overall saya ngerti dan paham ceritanya. Saya rasa awalnya “Anna Karenina” ini weird dan “apa sih” banget di mata saya. Gek film opooo batin saya sih gitu. Tapi begitu saya masuk ke cerita, anehnya saya rasa film ini unik. Jarang ada film yang pakai konsep kayak gini. Ya balik lagi ke pertanyaan awal tadi. Kalau ditarik kesimpulan, jika film ini memang low budget dengan segala settingan yang ada, saya akui film ini berhasil mengatasi kekurangannya dan jadi suatu kelebihan banget. Keren itu nggak perlu mahal. Tapiiii kalau emang kita pakai logika, dan mau mikir kalau ini film Hollywood punya, men! Pemainnya nggak tanggung-tanggung. Ada Keira Knightley dan Jude Law. Masing-masing terkenal di Pirrates of Carribean dan Sherlock Holmes, dan mereka mau main di film low budget? Absurd.

Makanya saya tarik kesimpulan kedua. Film ini emang dari awal konsepnya ya opera house. Saya emang belum pernah nonton opera mahal yang di Sydney maupun yang sering main di Brodway, tapi saya yakin opera mereka sama kayak film “Anna Karenina” ini. Itung-itung saya kalau ditanya bisa jawablah gimana itu opera house wkwkwkwk. Mayan dapet tambahan ilmu. Filmnya menarik kok. Cara setting layarnya berubah, cara pemainnya masuk ke scene, cara pemainnya bergerak, sampai adegan per adegan nggak seperti kebanyakan film. Ada adegan dimana Count Vronsky datang duluan dibanding Anna di pesta Putri Betsy dan membuat para bangsawan bergosip, terutama Putri-Putri Rusia. Adegannya kece. Bahkan, saat Vronsky mendatangi sepupunya yang merupakan salahg satu orang di kursi itu, dan mereka berbincang, di belakangnya tetap berjejer pemain-pemain yang berakting menjadi bangsawan dan saat ada yang ditertawakan, adegan antara Vronsky dan sepupunya seperti waktu yang dihentikan dan gantian dibelakangnya yang berakting. Mereka menutupi mulut dengan kipas dan tertawa keras. Lalu ganti Vronsky dan seterusnya. Kece sumpah. Awalnya aneh emang. Tapi beneran kece. Kayak nonton di Sydney Opera House beneran wahaha.

Kalau untuk ceritanya sih… it’s all about Anna. Jujur, saya sangat sangat sangat suka dengan kisah jaman Renaissance. Saya suka cerita bangsawan-bangsawan kece yang tertarik dengan perempuan cerdas dan “stunning in their way” di zamannya. Saya suka bagaimana seorang wanita bangsawan biasa menikahi seorang Duke dan tiba-tiba harus dihadapkan dengan segala macam kemewahan status seorang Duchess. Tapi film ini nggak begitu (T.T) Ya Alloh saya mau nangis dengan ceritanya. Saya nggak nyangka kenapa para pujangga di zaman dulu senenggg banget bikin kisah cinta yang menyedihkan kek gini? Leo oh Leo. Macam Shakespeare kau rupanya. Nggak ada pesta dansa ke pesta dansa lainnya yang dinikmati dengan tatapan iri atau tatapan saling menggoda. Nggak ada manis-manisnya. Semuanya miris.

Ceritanya ya, Anna Karenina ini perempuan yang sudah bersuami dan punya anak di umur 27 tahun. Dia nikah dengan seorang pria terhormat bernama Karenin di umur 18th dan punya anak laki. 9 tahun kehidupan rumah tangga dilakoni Anna kanti ikhlas lahir batin meskipun… hambar. Karenin ini ya, jenis pria yang takut dosa. Bahkan baginya, punya perasaan untuk Karenina pun “hina”. Itu sebabnya mereka nggak punya anak lagi. You know lah sekaku dan selempeng apa pria kayak Karenin ini.

Suatu hari, Karenina berkunjung ke Moskow menemui Stiva (kakaknya). Dia dimintai bantuan Stiva untuk mengembalikan Dolly (istrinya) ke pelukannya. Semuanya berjalan lancar. Tapi tidak dengan hari dimana Karenina turun dari kereta dan bertemu dengan Count Vronsky yang sedang menjemput ibunya. Munculah benih-benih cinta antara keduanya. Padahal keadaannya waktu itu Count Vronsky pdkt dengan saudara Anna, Putri Kitty. Di sebuah pesta, Vronsky dan Anna menjadi pergunjingan tamu karena berdansa 3x. emang kalau jaman dulu itu, dansa nggak boleh lebih dari 2x karena kalau 3x itu layaknya seperti kissing di hadapan publik. Kitty marah dan Anna pergi. Dia nggak nyangka kelakuannya bakal kayak gini. Anna balik ke St.Petersburg. Yaaah saya sih nggak nyalahin Anna kok bisa tergoda dengan Vronsky. Lawong emang kece lo. Pembawaannya full of charm banget.

Yang namanya cinta mah bisa apa. Dihalau nggak bisa, diilangin nggak mampu. Vronsky nyusul Anna ke Peter dan nggoda Anna habis-habisan. Dia ngekor kemanapun Anna pergi dan munculah slentingan kalau Anna ini “simpanan” Vronsky. Padahal lo kenyataannya Anna udah punya suami. Dih. Karena sikap bimbang Anna, Vronsky minta ketegasan dengan cara menyuruh Anna memilih, bersamanya atau Vronsky akan menerima tawaran jabatan di Tent dan dijamin Anna nggak bakal bisa ketemu dia lagi. ya jelaslaaah diancam gitu Anna meleleh. Dia minta Vronsky jangan pergi wahaha. Dasar licik si Vronsky. Saya suka nih tipe-tipe cowok macem gini.

Akhirnya mereka jadi pasangan selingkuhan dan begitu-begitulah selalu (^^) sampai Anna hamil. Panik? Iyalah ya. Cara ngomongnya ke Karenin itu lo. Selama ini kan mereka ibaratnya perang dingin, la kok nggak disentuh aja si Anna bisa hamil wkwkwkwk. Vronsky nyaranin Anna untuk minta cerai dari Karenin dan kabur bareng dia. Saya salut dengan Vronsky. Dia tenang ngadepin semuanya dan meskipun agak egois juga, tapi saya seneng dengan reaksi dia sewaktu denger Anna hamil. Bukannya nolak atau gimana kayak pasangan selingkuhan lainnya, tapi Vronsky bersyukur. Sayang, Anna nggak setuju dengan ide cowoknya. Dia berat di anaknya yang laki. Akhirnya Anna sembunyiin hal ini sampaiiii suatu hari Anna ketahuan oleh Karenin. Anna shock dan nangis waktu liat Vronsky jatuh dari kuda pas balapan. Semua bangsawan jadi saksi waktu itu. Karenin nahan marah. Dia bisa lupain semuanya dan minta Anna untuk hati-hati dengan tingkahnya karena ini berhubungan dengan citra Karenin. Trah yo kaku. Saya maklum kalau Anna lebih pilih Vronsky yang hangat dan sering senyum. Karenin itu lo… tau istrinya selingkuh bukannya marah karena si istri dijamah orang lain, tapi marah karena citranya bakal tercoreng. Anjir tenan. Teruskan perjuanganmu mbak Anna. Saya mendukungmu (-_-)

Meski dilarang, tapi Anna tetep dengan Vronsky. Sampai anaknya lahir. Cewek. Mereka putus hubungan saat itu. Karenin sudah memaafkan Anna dan menerima Vanya (anak Vronsky) sebagai anaknya. Sayangnyaaa Anna nggak bisa pura-pura. Hatinya menjerit sewaktu dia menolak keinginan Vronsky untuk mengucapkan perpisahan. Satu hal yang anehnya saya suka dari kalimat Anna saat dia ingin pergi dengan Vronsky sementara Karenin mencegahnya atas nama putra mereka. “Aku bersedia mati untuknya, tapi aku tidak bersedia menjalani hidup seperti ini untuknya. Saat sudah mengenal cinta, dia pasti akan memaafkanku”

Anna pergi. Yang aneh disini, ternyata cinta Anna pada putra dan putrinya sama besar dengan cintanya pada Vronsky. Nggak habis pikir. Kata orang, anak itu segalanya. Lah ini? bener-bener membalikkan persepsi. Anna ninggalin anak-anaknya demi Vronsky. Saya kurang setuju akan hal ini. Tapi balik lagi. Seperti yang Dolly bilang, “karena ini cinta”.

Tapi masalah mulai ada. Yang namanya jaman dulu, perceraian kan suatu hal yang hina. Beda kalau jaman sekarang. Perceraian adalah suatu hal yang biasa. Malah banyak yang bangga dengan status janda duda nya. Ya Alloh sadar. Dan kadang memang dunia jaman dulu itu diskriminasi terhadap perempuan. Akibat kabar perceraiannya, Anna dikucilkan masyarakat. Setiap dia melangkah, selalu diiringi tatapan hina. Sementara Vronsky masih punya tempat di kaum bangsawan. Bahkan, ibunya ingin menjodohkan dia dengan anak temannya. Anna yang merasakan penghinaan ini mulai stress. Saya ngerti sih gimana rasanya dikucilkan. Tapi saya mulai nggak suka Anna. Alasannya? Sikapnya terlalu arogan, egois, dan bad thinking. Padahal lo… Vronsky melarangnya pergi ke acara-acara untuk melindunginya. Vronsky tau Anna bakal dibuang dan dia nggak mau orang yang dia cintai terluka. Tapi Anna kekeh pengen datang. Anna jadi terlalu pemarah dan curigaan. Vronsky dituduh selingkuh dengan anak teman ibunya. Semuanya berantakan. Semuanya rusak. Nggak ada kehidupan bahagia yang diimpikan sejak awal. Nggak ada saat-saat manis saling menggoda. Anjir nyesek banget filmnya. Akhir kata, Anna yang stress dan merasa udah hancur, pilih mengakhiri hidupnya. Tamat.

Bener-bener sad ending. Harusnya, kalau Anna memang udah siap cerai, dia harus siap nanggung resikonya. Kalau emang dia dibuang masyarakat, dia bisa kok nuruti Vronsky hidup tenang di rumah pedesaan. Buat apa sih cerai dari Karenin kalau bukan buat bareng-bareng hidup sampai tua dengan Vronsky? Gek yo dadi uwong kok ra percoyo neram. Masih perlu bukti Vronsky cinta sama dia? mari dilogis dong mbak Anna. Mas Vronsky yang notabene the most eligible bachelor di Rusia, bisa-bisanya milih Anna yang masih suami orang, udah punya anak, status bentar lagi janda, dan milih hidup di desa dibanding semua hal yang bisa dia dapatkan? Lebih malah. Zzzzzzzzzzttttt.

Overall, bintang 4 ^^

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengalaman Tes Kerja di VADS Jogjakarta

Pengalaman Tes Kerja : Rekrutmen Karyawan PLN Tahap 1 (Administrasi) Sampai Tahap 4 (Psikotest)

Pengalaman Test Wawancara Kerja di Bank BTN Kediri