Resensi Film: Surga Yang Tak Dirindukan 2
“Mei Rose cinta sama Pras. Pras cinta sama
Mei Rose. Arini-nya ikhlas. Apa masalahnya?” –onta-
Well, filmnya sih sebenarnya gaje dan maksa. Banyak hal dari keseluruhan film yang kentara banget kesan "sengajanya" dan seolah bukan "kebetulan" murni. Seolah bukan Allah yang nulis. Iya sih ini buatan manusia, tapi kan ada tulisan yang mengalir dan seolah-olah itu takdir, bukannya dibuat sama manusianya sendiri. Saya ngerasa
nggak ada feel sama sekali sampai pertengahan cerita. Terlebih sewaktu scene Arini. Rasanya males aja. Sense of humornya juga garing. Nggak lucu dan… krik krik banget lah pokoknya.
Coba
dinalar ya. Arini dan Pras tinggal di Jogja, mereka udah lost contact dengan
Mei Rose hampir 4th kalau enggak salah, dan tiba-tiba mereka ketemu
di Budapest. Dari 100 lebih negara di dunia ini, kenapa ketemunya di kota
Budapest? Di sebuah masjid? Hanya gara-gara Nadia ngasih coklat ke Akbar?
Absurd.
Budapest, Pearl of the Danube |
Dan menurut saya, Arini kesana Cuma untuk undangan. Jadi hanya beberapa hari. Tapi kenapa dia bisa sampai seolah hidup berbulan-bulan disana? Bahkan sampai hal yang nantinya tidak terduga itu. menurut saya, filmnya bakal lebih bagus kalau settingnya tetep di Indonesia. Budapest nya diganti Bali, atau malah Jakarta saja sekalian. Tempat Mei Rose mencari bapaknya dulu. Kan lebih ada benang merahnya. Tapi tenang pembaca, semua kengerian itu hilang plus berubah setelah kemunculan Pras hehehe. Overall saya
lumayan baper lah.
Endingnya sudah bisa ditebak Mei Rose dengan siapa ^^ |
Tapi yang paling bikin saya pengen ngomong "what the... (bahasa kasarnya misoh kegirangan ^^)" terus adalah, fakta bahwa saya nggak nyangka impian saya
ditegesin secara nyata disini. Saya hampir jejingkrakan sewaktu liat endingnya.
Mereka...serasi.
Kenapa?
Karena... Arini dan Pras itu ibarat air dan air. Sama-sama tenang, sabar, dan "nerimo" *sigh*
Sementara, Pras yang kalem, tenang, dan bijaksana itu lebih cocok dapet
istri yang tegas, logic, nggak menye-menye, tapi di satu sisi juga sosok yang perlu perlindungan, perlu seorang imam, dan butuh bimbingan (bahasanyaaaaa). Mei Rose dan Pras itu ibarat api dan air.
Saling melengkapi. Menurut saya.
Sorry to say karena saya memang di tim #meirose |
Pertanyaan
kalian pasti, kenapa bisa membela pihak istri kedua?
Jawabannya sederhana. kadang kita nggak bisa
melihat masalah dari satu sisi saja. Kebanyakan orang pasti membela Arini
karena mereka hanya menempatkan diri pada posisi istri pertama. Nggak salah sih. Itu karena mereka hanya
melihat masalah dari sisi Arini. Disini anggapannya “Arini” yang jadi korban.
Hell. Itu salah. Arini dan Mei Rose sama-sama korban. Nggak ada wanita yang
salah disini. Pria nya pun juga nggak salah. Ini Cuma takdir yang digariskan.
Sesederhana itu.
Arini dengan rencana "menginap bersama"nya |
Arini baik, cantik, keibuan, lembut, dan
segala yang pas tentang sosok istri idaman. Bahkan, di saat dia menjelang
ajalnya, dia sudah mempersiapkan segala hal terbaik pengganti dirinya. Dia
menjodohkan Mei Rose kembali dengan Pras, sebagai ganti seorang istri dan
seorang ibu nantinya untuk Nadia. Kalau dipikir-pikir, mana ada istri pertama
yang rela dengan ikhlas hati memberikan suaminya untuk istri kedua? Kalau
wanita normal mungkin lebih pilih si suami duda seumur hidup daripada menikah
lagi. tapi sayangnya berarti hubungan kalian dilandasi rasa egois.
Bagi Arini,
saya ngerti gimana cintanya dia ke Pras. Bagaimana dia ingin Pras bahagia
selepas dia nggak ada. dan meski hatinya sakit ngeliat Pras bersama Mei Rose,
Dia bisa apa? kebahagiaan Pras dan Nadia yang lebih penting.
quotenya mbah Presiden Republik Jancukers |
Tapiiii yang kalian tidak sadari, disini Mei Rose juga berkorban. Ah bukan berkorban. Karena menurut Sujiwo Tedjo, cinta itu
tidak butuh pengorbanan. Kalau kamu merasa berkorban, berarti kamu sudah tidak
cinta. Begitu kata simbah hahaha.
Jadi disini Mei Rose juga mengikhlaskan. Sama
seperti Arini. Dulu dia memaksa Arini untuk berbagi, tapi kemudian dia memaksa
dirinya sendiri untuk pergi dari Pras. Padahal seperti yang dia bilang, Pras
adalah ibarat pahlawan baginya dan dia tidak mau kehilangan Pras. Tapi dia
pergi. Demi Arini.
canggung setelah membahas kabar Pras wkwkwkwk |
Setelahnya, selepas usahanya move on hampir berhasil, di
saat dia sudah menemukan kebahagiannya bersama Syarif, Arini datang sendiri
membawa Pras. Kalau kalian lihat filmnya, kalian pasti bakal bisa bedain
bagaimana senyum Mei Rose saat bersama Pras dan bagaimana senyumnya saat
bersama Syarif. Dengan Syarif, dia lebih bahagia. Dia lebih bisa tertawa.
with Dokter Syarif ^^ |
Masalahnya adalah, Pras seperti agak nggak
rela harus kehilangan istri keduanya itu. oke, dia emang punya niat menceraikan
Mei Rose. Tapi itu wacana. Arini menolak. Hatinya pun aslinya demikian. Coba kalau liat film emosi
dan sikap pemerannya dihayati ya hehehe, pasti kalian bakal ngerti emosi apa yang ada di balik mata Pras.
"kenapa? apa kamu sudah ada calon ayah untuk Akbar?" -Pras- |
Sejak film pertama, saya udah nangkep nih
gelagat-gelagat aneh dalam mata Pras saat memandang Mei Rose. Meski statusnya
Cuma istri kedua, meski nikahnya pun tanpa dasar cinta (pada awalnya), dan meski
Akbar bukan anak kandung Pras, dia nerima Mei Rose dengan segala kekurangannya
dan malah belajar mencintai istri keduanya itu dengan porsi yang sama seperti
yang didapat Arini. Hebat!
Saya masih inget bagaimana Pras jadi “imam”
sholatnya, cara Pras menyempatkan diri mampir di rumah Mei Rose sesering
mungkin (karena Mei nggak seperti Arini yang sudah tinggal serumah dengannya),
dan terakhir… saya hampir mewek waktu Mei Rose pamit dan Pras nahan dia buat
stay. Tapi apa yang ada di pikiran Mei Rose saat itu? dia lebih pilih pergi daripada egois memiliki Pras dan menghancurkan semuanya.
“hari ini, aku menutup kisahku dengan
kesedihan, agar dongeng perempuan lain berakhir dengan kebahagiaan” –Mei Rose Aiden-
Nah intinya di film kedua ini, Pras datang dan bilang
bahwa tidak sedetik pun dia melupakan Mei Rose dan Akbar.
Ditambah Arini dan Nadia berusaha mati-matian
menjodohkan Pras dan Mei Rose kembali. Lengkap dah usaha gagal move on nya.
Dan ada satu kejadian yang menurut saya so
romantic. Sewaktu Pras dan Mei Rose buat sandwich berdua di dapur, dan muka
Pras yang kena mayonnaise buanyak banget itu dibersihin Mei Rose, I think they
kinda still have love for each other. Bahkan, Mei Rose waktu itu tertawa ngakak
dan selepas dia balik ke kamar, Pras masih berdiri disana sambil senyum-senyum
sendirian.
Juga sewaktu Akbar alerginya kambuh dan digendong Pras ke Rumah
Sakit. Disana Mei Rose nangis di pelukan Pras dan saya pikir… cocok kok. Pras
nggak pilih kasih. Dia ngasih kadar yang sama ke Mei Rose, meski dianya sendiri
nggak sadar. Bahkan semua kejadian ini berhasil membuat Mei Rose agak bimbang
menerima tawaran Syarif. Mesakne rek. Temanya jadi gagal move on.
sempet galaon nerima pinangan Syarif |
Dan buat kalian yang masih jadi haters Mei
Rose, terutama mbak Suci similikiti, yang kemarin habis bbm-an sama saya dan
menasbihkan diri kalau dia nggak bakal nonton film ini berhubung dia benci
banget kalau akhirnya sama istri kedua,,,,,,
bbm nya suci hahaha |
Tolong dibaca dan dipahami apa yang jadi jawaban Mei Rose untuk tawaran Pras.
“aku nggak mau hadir diantara kalian lagi
mas. nggak ada perempuan yang rela
berbagi. Dan aku nggak mau membuatmu terbebani dengan selalu bersikap adil”
–Mei Rose-
Dan yang ngeyel siapa? Arini. Dia ngerancang
segala hal dan akhirnya nyerah sewaktu mereka bertiga (Arini, Pras, Mei Rose)
ketemu Syarif, sehingga segala “rahasia Tuhan” diantara mereka menyeruak ke
permukaan.
Tapi kalau udah takdir Tuhan mah bisa apa.
pertanda itu udah terlihat sewaktu Arini rawat inap di RS, dan Pras sholat di
masjid terdekat disana, Mei Rose ternyata juga sedang sholat disana, tanpa
diketahui mereka berdua. Dan scene yang paling bikin haru adalah (meski menurut
saya hampir mirip dengan ending ayat-ayat cinta) saat Arini minta sholat
berjamaah bersama “keluarga”. Pras sebagai imam, Mei Rose, Nadia, dan Arini
sebagai makmum.
Saat semuanya berakhir, saya suka bagaimana Pras seolah
mengikhlaskan Arini dengan tetap diam di tempatnya berdzikir dan semua ucapan
yang keluar hanya doa. Saya suka bagaimana Mei Rose menahan dan memeluk Nadia
sesaat setelah sholat mereka selesai, saat Nadia ingin berlari membangunkan
bundanya.
Dan kalau #teamArini belum sadar, mana ada istri kedua si perusak
rumah tangga itu, yang nangis bercucuran dan mohon-mohon pada Syarif untuk
melakukan segala hal hanya demi istri pertama sang suami?
Para Nyonya Prasetya |
Intinya adalah, we can’t judge them.
Mereka
yang berpoligami, mereka yang memutuskan masuk dalam dunia poligami, kita nggak
bisa mencap buruk itu semua. Pasti ada alasannya dan kita bukan siapa-siapa
mereka untuk tahu hal itu.
Berasa nonton filmnya beneran nih
BalasHapusKeren penjabarannya