Review Film: Beauty And The Beast
Film ini udah dari jauh-jauh hari saya jadikan a-movie-to-watch yang daftarnya menempati list pertama. Dan setelah saya berminggu-minggu menekan rasa over-excited yang saya rasakan setelah stalk abis-abisan everything about it, akhirnya saya bisa nonton ini di premiere hari pertama di jam 2 siang. Awalnya udah janjian nonton jam 11.30 malah, tapi sayangnya anak-anak didik temen saya masih betah stay di sekolah. It means… membuat kita molor setengah jam dari jadwal. Sebenernya saya juga pengen bangetttt banget banget nonton yang 3D, tapi gapapalah 2D aja dulu biar cepet ngerti ceritanya #takutnggakbisatidurhehehe
Kita nyampek
cinemaxx jam 2 pas, and you knooooow, di menit-menit kritis itu, ada
insiden-insiden berupa antrian yang mengular (tapi untungnya pas saya baru aja
antri, counter sebelah dibuka hiahaha #rejekianaksolehah), penuhnya tempat
duduk menengah ke atas –tempat paling pewe buat nonton- dan tinggal menengah ke
bawah, juga tarik-tarikan antara saya dan tantri (saya narik dia masuk ke
cinema 1 dan dia narik saya keluar karena kebelet pipis #sayamenang).
Jujur, kepanikan
saya dikarenakan hampir fullnya studio. Saya kira antusiasme penonton kota
kecil macam ponorogo ini bakal biasa-biasa aja menyambut film Disney kayak gini,
lagian ini filmnya kan girly, fairy tale pula, you know what lah ada banyak
cowok yang mengedepankan egonya untuk liat ini. Tapi saya salah. Nggak cowok,
nggak cewek, semuanya liat. I appreciated them!
Bahkan, saat keluar dari
bioskop, saya sempet barengan dengan dedek gemes yang menurut saya… wajahnya
cute bangetttt hehehe, dan hampir 11:12 dengan Jo Twins dari Boyfriends.
Akhirnya, saya maksa Tantri buat stalk dia hahaha.
hasil bidikan paparazzi KW ^^ |
wajah si Jo Twins, hampir mirip lah, eh tapi saya nggak pake kacamata lo, jadi harap maklum kalo dari deket ternyata ancur |
Ps: dia
jalan sama cewek yang dari gelagatnya mereka sedang masa pendekatan, dan saya
Cuma sebatas kagum dengan ke-cute-an dia, dan jadi edan kayak gini. I haven’t
feeling for him, really. Lagian, nunna gitu lo. Sesetrongnya saya, kalau saya
jadi nunna girlfriend mah nggak siap.
Dari
openingnya, kita sudah disuguhi dan ditegaskan kalau film ini nanti film musical. Entah kenapa saya sukaaaa. Dialog, monolog, atau bahkan perasaan dan
pemikiran yang diceritakan melalui nyanyian di hampir 70% durasi, menurut saya
kok keren. Sama sekali nggak membosankan. Dan suasananya itu mendukung.
Penontonnya responsive banget. Dikit-dikit komen, ada lucu dikit ngakak, ada
scene romantis langsung mendesah baper, wkwkwkwk. Two thumbs!
Film dibuka
dengan asal-muasal kutukan Beast. Beast is really Beast. Mulai dari keangkuhannya, kekasarannya, sampai caranya
memperlakukan Belle. Wajahnya emang ancur, hidupnya berantakan, tapi harga dirinya
sebagai pangeran sama sekali "nggak luntur". Dia masih sok galak ke Belle
dan sok tegas perintah-perintah ini-itu, yang berakhir dengan dilanggar
pelayan-pelayannya dan dicundangi mereka di depan matanya sendiri.
Sayangnya, mau seburuk apapun, saya emang udah jatuh cinta dengan si pangeran. Harus saya
akui, sejak pertama kali saya tahu Beast diperankan Dan Stevens (saya nggak tau
dia siapa sebelumnya), saya langsung senyum-senyum bahagia hahaha.
He is really have a ton face, menurut saya. Wajahnya itu cocok banget jadi pangeran, terlebih dengan cambang-cambang manja yang ada di sekitar janggutnya. Sumpah ya, saat kalian ngeliat gimana Beast berubah jadi pangeran, dengan rambut pirang sebahu, mata biru, senyum maut, dan cambang tipisnya, you will know that he is the most sexiest disney’s prince ever. Dan-S juga cocok dijadikan salah satu karakter dari novel Julia Quinn favorit saya itu. Benedict may be? Saya suka mata birunya. Gosh, yang Belle liat dan sadari bahwa sang pangeran adalah Beast juga dari matanya. Mata biru itu tetap sama. And I fallin’ love with his blue eyes.
berhadapan dengan pelayan-pelayannya yang sama sekali nggak ada takutnya |
tolong dilihat itu kerling nakal dan senyum menggodanya ^^ |
Ya Tuhan,
saya baru sadar kalau laki-laki bercambang bisa sesexy itu. Awalnya kan dulu
saya jijay dengan segala sesuatu yang mengenai cambang. Tapi ini? menurut saya
sekarang, baik itu Dan Stevens, Ranbir Kapoor, ataupun calon penerus tahta
James Bond yang digadang-gadang akan jatuh ke tangan aaaa, mereka semua sexieh.
Bikin saya ngiler hahaha.
Dan Belle… saya
nggak bisa jabarin. Semua orang pasti tau Emma Watson cantiknya kayak apa. she stunning
as good as in tale. Belle always have thing to become a-princess-born-to-be. Yang bisa saya pikirkan sewaktu Emma Watson
muncul pertama kali dalam scene adalah betapa sempurna peran Belle untuknya. Kecerdasan
Belle, rasa ingin tahunya yang tinggi, juga keberanian yang tersembunyi di
dalam kebaikan hatinya bisa digambarkan begitu jelas. Dari cara dan intonasinya
berbicara, gesturenya, bahkan dari caranya tersenyum pun nggak akan ada yang
sebaik dia. Dan Cuma Emma Watson yang punya senyum charming seperti itu. Itu
lo, senyum miring yang biasanya dia berikan saat menilai sesuatu dengan humor.
Disini, saya
sangat sangat sangat merasa dengan sedikit konyolnya bahwa saya terikat secara
batin kepada Belle *laugh*. Satu hal yang saya suka dari Belle adalah dia mencintai
buku sebesar dia mencintai dirinya sendiri. Meski penduduk desa menganggapnya aneh, she doesn’t care. Dia tetap
membaca, menolak terkurung di dalam desa, dan tetap melanjutkan mimpinya. Tidak
ada yang lebih besar dari keinginannya melihat dunia. Baginya, buku sudah
membuatnya berada di berbagai belahan dunia. Hari ini dia bisa berada di
Inggris bersama Shakespeare, lalu hari berikutnya dia bisa bersama sepasang
kekasih yang memadu kisah indah di Italia. Buku favoritnya adalah Romeo Juliet,
yang harus tabah dihina-dina oleh Beast hahaha.
Saya ikut
bahagia beneran saat Beast membawa Belle mengunjungi perpustakaannya. Itu benar-benar
pedekate paling sip yang pernah saya temuin hahaha. Membawa seorang booklover
ke perpustakaan pribadi yang tumpukan bukunya berjejer rapi memenuhi rak yang
setinggi langit, dengan semua koleksi langka dan bisa dibilang lengkap,
termasuk buku berbahasa asli, it means you really will catch her heart. Saya
bisa jamin, ekspresi Belle adalah ekpresi tulus yang bakal diberikan seorang
cewek kutu buku saat mendapat hadiah seperti itu.
Ditambah
dengan ucapan, “if you like it, then it’s
yours”, menurut saya, Beast sukses memenangkan hati Belle saat itu.
Bagi
orang-orang yang tidak mengerti, mereka akan menganggap tulisan saya alay. Baginya…
A book is just a book.
Tapiiii bagi
mereka yang mengerti gimana feels-nya, a book is more than a book. Ada sebuah kehidupan lain disana,
yang mana jika kita masuk ke cerita, kita bisa ikut merasakan sedihnya,
lucunya, dan bahagianya. So that’s why I more love Belle, because she feels
what I feel.
Saya suka
hubungan hate-love antara Beast dan Belle. Dari yang awalnya terjadi insiden
penggedoran pintu hanya untuk makan bersama dan Beast harus menabahkan diri karena
dijawab dengan teriakan penuh penolakan, berkembang jadi saling makan
berdampingan, dengan sruputan cinta style ^^
berusaha memenangkan hati Philipe, sang kuda |
Dari yang
awalnya saling adu sarkasme, kuat-kuatan ego, jadi saling curhat penuh
kata-kata menenangkan.
Dan dijamin
kita harus mengendalikan senyum nggak jelas saat ngeliat Belle dansa dengan
Beast. Belle really really Belle. Dan
detik itu, saya menyadari kalau saya diberi pilihan oleh Tuhan untuk lahir
kembali, saya ingin jadi Belle, dengan sosok Emma Watson seperti sekarang yang
saya tonton ini. Jir, khayalan tingkat tinggi udah mulai beraksi.
Saya juga
suka ost nya. Menurut saya, daripada versi film, lagu ‘Beauty and the Beast’
lebih wow saat dinyanyikan Ariana Grande dan John Legend. Lebih smooth,
sementara versi film kan lebih musical ya, jadi lebih mewah tapi kurang ada
gregetnya.
Yang saya
tarik kesimpulan dari film ini adalah dongeng nggak pernah habis termakan
waktu. Ceritanya klise kan? Semua orang tahu jalan cerita dan endingnya.
Ayah Belle
ditangkap Beast karena mencuri mawar, lalu Belle menggantikan ayahnya, Beast
menghabiskan waktu dengan Belle, saling jatuh cinta, kemudian ada adegan
tersedih sepanjang masa alias Beast sekarat, yang mendorong Belle menyatakan
cintanya. Lalu semuanya taraaaa…
kembali ke asalnya. Beast menjelma jadi prince charming dan semua kekayaannya
balik, dan mereka happily ever after. Too perfect. Dan penuh khayalan.
Tapi yang
mengherankan adalah, kenapa masih saja laris manis di pasaran?
Jawabannya
sederhana.
“cause every girl always love a fairy tale, and every boy always wanna be prince charming”
Love it ��
BalasHapusYeah i know ^^
Hapus